Jumat, 08 Maret 2013

PEREMPUAN BERHATI BAJA

PEREMPUAN BERHATI BAJA Aceh merupakan daerah yang banyak melahirkan pahlawan perempuan yang gigih tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis. Cut Nyak Dien merupakan salah satu dari perempuan berhati baja yang di usianya yang lanjut masih mencabut rencong dan berjuang melawan pasukan Belanda sampai ia akhirnya ditangkap dan dibuang. Dia tidak sekadar berjuang dengan surat-surat kepada 'sahabat Belandanya'. QR Code Halaman Biografi Cut Nyak Dien Index Dien Nyak Belanda Teuku Pejuang Umar Pahlawan Kemerdekaan Nasional Aceh AcehAceh AcehCut Nasionalpahlawan currentScroll Baja Berhati Ibrahim Lamnga Lampadang Meulaboh Hapus highlights Incoming Search biografi tokoh indonesia cut nyak dien daftar nama pahlawan yang melawan jepang biografi pahlawan cut nyak dien dalam bahasa sunda artikel tokoh biografi bahasa indonesia kisah pahlawan cut nyak dien biografi tokoh dengan bahasa inggris tokoh sejarah cut nyak dien biografi cut nyak dhin contoh makalah pahlawan aceh biografi tokoh pahlawan cut nyak dien biografi cut nyak dien biografi pahlawan indonesia cut nyak dien tokoh pahlawan dan biografinya contoh biografi tokoh `biografi pahlawan nasional cut nyadin biography biografi cut nyak dien bahasa sunda biografi cut nyak dien dalam bahasa sunda biografi pahlawan-pahlawan artikel pahlawan cut nyak dien contoh biografi bahasa indonesia bi0grafi tokoh pahlawan contoh biografi pahlawan contoh biografi tokoh indonesia biografi tentang cut nyak dien biografi tokoh indonesia Tags Tag: Pahlawan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pejuang wanita Beri Komentar Update Data Intermezzo Support Us Pahlawan Kemerdekaan Nasional kelahiran Lampadang, Pejuang dari Aceh Aceh, tahun 1850, ini sampai akhir hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Lihat Daftar Tokoh Perempuan wanita yang dua kali menikah ini, juga bersuamikan pria-pria pejuang. Teuku Ibrahim Lamnga, suami pertamanya dan Teuku Umar suami keduanya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan bahkan juga Lihat Daftar Pahlawan Nasional pahlawan Kemerdekaan Nasional. Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Pejuang dari Aceh Cut Nyak Dien dari ayahnya yang seorang pejuang kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Pejuang dari Aceh Aceh dan Belanda semakin mempertebal jiwa patriotnya. Ketika Lampadang, tanah kelahirannya, diduduki Belanda pada bulan Desember 1875, Pejuang dari Aceh Cut Nyak Dien terpaksa mengungsi dan berpisah dengan ayah serta suaminya yang masih melanjutkan perjuangan. Perpisahan dengan sang suami, Teuku Ibrahim Lamnga, yang dianggap sementara itu ternyata menjadi perpisahan untuk selamanya. Pejuang dari Aceh Cut Nyak Dien yang menikah ketika masih berusia muda, begitu cepat sudah ditinggal mati sang suami yang gugur dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di Gle Tarum bulan Juni 1878. Begitu menyakitkan perasaaan Cut Nyak Dien akan kematian suaminya yang semuanya bersumber dari kerakusan dan kekejaman kolonial Belanda. Hati ibu muda yang masih berusia 28 tahun itu bersumpah akan menuntut balas kematian suaminya sekaligus bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya menuntut balas tersebut. Hari-hari sepeninggal suaminya, dengan dibantu para pasukannya, dia terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Dua tahun setelah kematian suami pertamanya atau tepatnya pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Sumpahnya yang hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu menuntut balas kematian suami pertamanya benar-benar ditepati. Teuku Umar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang terkenal banyak mendatangkan kerugian bagi pihak Belanda. Teuku Umar telah dinobatkan oleh negara sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional pahlawan Kemerdekaan Nasional. Sekilas mengenai Teuku Umar. Teuku Umar terkenal sebagai seorang pejuang yang banyak taktik. Pada tahun 1893, pernah berpura-pura melakukan kerja sama dengan Belanda hanya untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Setelah tiga tahun berpura-pura bekerja sama, Teuku Umar malah berbalik memerangi Belanda. Tapi dalam satu pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Pebruari 1899, Teuku Umar gugur. Cut Nyak Dien kembali sendiri lagi. Tapi walaupun tanpa dukungan dari seorang suami, perjuangannya tidak pernah surut, dia terus melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Dia seorang pejuang yang pantang menyerah atau tunduk pada penjajah. Tidak mengenal kata kompromi bahkan walau dengan istilah berdamai sekalipun. Perlawanannya yang dilakukan secara bergerilya itu dirasakan Belanda sangat mengganggu bahkan membahayakan pendudukan mereka di tanah Pejuang dari Aceh Aceh, sehingga pasukan Belanda selalu berusaha menangkapnya tapi sekalipun tidak pernah berhasil. Tapi seiring dengan bertambahnya usia, Cut Nyak Dien pun semakin tua. Penglihatannya mulai rabun dan berbagai penyakit orang tua seperti encok pun mulai menyerang. Di samping itu jumlah pasukannya pun semakin berkurang, ditambah lagi situasi yang semakin sulit memperoleh makanan. Melihat keadaan yang demikian, anak buah Cut Nyak Dien merasa kasihan kepadanya walaupun sebenarnya semangatnya masih tetap menggelora. Atas dasar kasihan itu, seorang panglima perang dan kepercayaannya yang bernama Pang Laot, tanpa sepengetahuannya berinisiatif menghubungi pihak Belanda, dengan maksud agar Cut Nyak Dien bisa menjalani hari tua dengan sedikit tenteram walaupun dalam pengawasan Belanda. Dan pasukan Belanda pun menangkapnya. Begitu teguhnya pendirian Cut Nyak Dien sehingga ketika sudah terkepung dan hendak ditangkap pun dia masih sempat mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang begitu banyak akhirnya berhasil menangkap tangannya. Dia lalu ditawan dan dibawa ke Banda Aceh. Tapi walaupun di dalam tawanan, dia masih terus melakukan kontak atau hubungan dengan para pejuang yang belum tunduk. Tindakannya itu kembali membuat pihak Belanda berang sehingga dia pun akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pembuangan itulah akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 6 Nopember 1908, dan dimakamkan di sana. Perjuangan dan pengorbanan yang tidak mengenal lelah didorong karena kecintaan pada bangsanya menjadi contoh dan teladan bagi generasi berikutnya. Atas perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi Lihat Daftar Pahlawan Nasional pahlawan Kemerdekaan Nasional. Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK Lihat Daftar Presiden RI Presiden RI No.106 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. e-ti | juka-atur © ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA