Kamis, 03 Desember 2009

Reformasi Moral

Reformasi Moral
Oleh Ansori*

“Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah mukmin yang paling baik moralnya” (HR Abu Daud).
Salah satu aspek yang paling diperhatikan Alquran untuk dibenahi dan diperbaiki adalah moralitas manusia. Sungguh, saking besar perhatian Alquran terhadap aspek ini, sampai-sampai Alquran menegaskan dirinya sebagai kitab aturan moral, atau setidaknya menjadi sumber rujukan paling utama mengenainya.
Moral, atau biasa disebut dengan akhlak, memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam kehidupan masyarakat. Ia merupakan penopang utama pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Kesalahan atau kehancuran suatu masyarakat mana pun sanagat bergantung pada kebaikan atau keburukan moralnya.
Setiap anggota masyarakat mampu hidup saling berdampingan, memahami satu sama lain, tolong-manolong, dan mengecap kebahagiaan, selama tidak terikat dengan nilai-nilai moral yang agung.
Kemuliaan moral merupakan tuntunan sosial. Artinya, ketika moral yang mulia telah lenyap, yang pada hakikatnya merupakan sarana untuk menciptakan keharmonisan antara sesama manusia niscaya seluruh anggota masyarakat akan saling berselisih, untuk kemudian terjerembab ke lembah kehancuran dan kemusnahan.
Sejarah telah membuktikan bahwa kehancuran bangsa-bangsa terdahulu tidak lain disebabkan oleh lenyapnya unsur moral yang baik. Alquran menunjukkan hal ini melalui firman-Nya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami). Kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Alisra’ [17]: 16).
Nilai penting moral juga berdampak pada perilaku individu manusia segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
Barangkali dapat dikatakan bahwa perilaku manusia senantiasa selaras dengan watak yang tertanam dalam jiwa. Dalam hal ini imam al-Ghazali mengatakan, “sesungguhnya semua sifat tertanam dalam lubuk hati. Namun pengaruh yang ditimbulkannya akan terlihat dengan jelas pada anggota tubuh. Karenanya, seseorang tidak berangkat melainkan sesuai dengan sifat dalam hatinya.
Kemudian, Menurut intelektual Muslim terkemuka, Abdul Karim Zaidan, langkah yang seyogianya ditempuh para pembaharu dalam upaya membenahi dan memperbaiki kehidupan dan perilaku manusia, adalah membangun dan menyucikan jiwa serta menanamkan nilai-nilai moral yang terpuji.

*Tulisan ini pernah dimuat di kolom hikmah harian umm REPUBLIKA Rabu 1 April 2009

1 komentar:

ansori_ad-Dakhil mengatakan...

yupz,,,
kalau bukan kita yang memulai,,,
siapa lagi yang mau memperbaiki moral bangsa kita,,,
ayo pikirkan nasib bangsa kita,,,
mulai dari sekarang, dari hal yang terkecil,,,,